Peristiwa Tahun 1913 disaat pemukiman masih dipuncak gunung-gunung tercetuslah ide dari Bapak J.Awusi selaku sosok seorang yang ditikihkan sengan sebutan lain dilingkungan itu “Mokole” memindahkan masyarakat yang tinggal di daerah pegunungan untuk pindah ke lembah dataran rendah “Taripa”.

Walaupun rasanya tidak sampai hati meninggalkan tempat tinggal mereka tetapi karena terpaksa orang-orang tua mulai berangsur-angsur berpindah secara bertahap dilembah “Taripa”. Tetapi ada juga kelompok orang yang tidak setuju dengan ide tersebut, mereka melalui Sincimaya dan bermukim dipesisir pantai teluk Tomini diseberang sungai Tongko dan sekarang mereka tersebar dibeberapa Desa yaitu Desa Silanca, Sepe, Bategencu dan Toyado.
Kelompok yang mematuhi ide Bapak J. Awusi dipimpin oleh Bapak M. Rato dan Bapak M. Tebisi. Atas pimpinan Bapak M. Rato dan Bapak M. Tebisi mereka membangun rumah yang tinggi dan berbentuk panjang yang didiami kurang lebih 6 KK. Mereka melakukan bercocok tanam untuk mencari nafkah. Mereka selalu hidup rukun.
Setelah beberapa tahun kemudian mereka bermukim dilembah “Taripa” mereka sudah mulai mengenal tanaman tahunan seperti mangga, langsat dan kopi. Dari beberapa jenis tanaman tahunan yang ditanam yang paling banyak adalah kopi. Disamping itu pula mereka sudah memiliki ternak kerbau. Dalam penggembalaan ternak tersebut mereka mengikat kerbau diantara tanaman tersebut. Karena kondisi tanah tersebut dikaki bukit tentu sebagian tanah tersebut berbentuk lereng dan sebagian lagi rata, sampai ditepi sungai Toka termasuk kompleks Puskesmas. Dahulu daerah yang rata itulah kerbau berkubang untuk menghindari terik matahari. Karena luasnya tempat kubang kerbau tersebut jika dilihat dari atas gunung disekitarnya pada saat itu hanya kubangan yang kelihatan sehingga tempat pemukiman itu disebut “Petiro Tomba” yang berasal dari bahasa Bare’e.
- Petiro artinya pandangan dari atas gunung atau tempat yang paling tinggi.
- Tomba artinya kubangan kerbau.
Tahun berganti tahun pesatnya perkembangan di era kemerdekaan kerbau sudah mulai berkurang. Maka pemerintah mulai menata desa-desa sehingga namanya pemukiman awalnya Petiro Tomba diganti dengan namanya Desa Petiro sampai sekarang. Dengan dasar-dasar tersebut maka tertanamlah dihati sanubari penerus pembangunan sebagai insane yang mencintai Desa Petiro.